Talawi Hilie 7 Juli 2024 – Curah hujan dengan intensitas tinggi yang turun pada 14 Juni 2024 lalu menyebabkan jebolnya tanah penahan Sungai Sikundono di hamparan Sawah Lurah Dusun Taratak Capo Desa Talawi Hilie. Akibat jebolnya penahan sungai tersebut, petani yang berada di hamparan Sawah Lurah mengalami kerugian. Kerugian disebabkan oleh padi yang baru ditanam dilanda air besar dari sungai tersebut.
Kepala Dusun Taratak Capo Benny Zartika mengatakan, tanah penahan sungai yang jebol diperkirakan selebar 10 meter. Jebolnya tanah penahan sungai tersebut selain akibat curah hujan tinggi juga dikarenakan adanya sisi sungai yang longsor sehingga sungai juga mengalami penyempitan. “Kami sudah mengusulkan dalam setiap musrenbang (musyawarah perencanaan pembangunan) agar Sungai Sikundono dilakukan normalisasi serta membuat permanen penahan sungai” ujar Kepala Dusun. Sungai Sikundono sudah mengalami pendangkalan cukup lama dan sudah ada dilakukan kegiatan pembangunan dam penahan sungai, namun karena sungai yang cukup panjang sekitar 3 km serta lebar sekitar 2 meter dan dana yang dibutuhkan juga cukup besar sehingga pengerjaan tidak bisa dilakukan sekaligus. Dalam kurun waktu 2 tahun terakhir baru bisa dilaksanakan pengerjaan sepanjang sekitar 200 meter yang terbagi di 3 titik.
Sebelumnya sungai ini sudah beberapa kali jebol dan dilakukan penanggulangan, namun penanggulangan yang dilakukan hanya bisa bersifat sementara untuk meminimalisir kerugian yang ada. Untuk penanggulangan jangka panjang memang dibutuhkan normalisasi dan membuat permanen penahan sungai.
Berdasarkan pengamatan dan analisa yang dilakukan oleh Kelompok Siaga Bencana (KSB) Desa Talawi Hilie yang kebetulan juga diketuai oleh Kepala Dusun Taratak Capo, penanggulangan terhadap jebolnya tanah penahan sungai tidak bisa dilakukan secara manual dan dibutuhkan alat berat yang berukuran kecil sehingga dapat turun ke sungai. Usulan ini disampaikan kepada Kepala Desa dan ditindak lanjuti dengan menyurati Walikota Sawahlunto serta diteruskan ke Dinas PUPR, Dinas Pertanian, dan Camat Talawi. Namun karena keterbatasan dana yang ada menyebabkan penanggulangan belum dapat dilaksanakan dalam waktu dekat.
Pemerintah Desa beserta Kelompok Tani mengingat jika tidak ditanggulangi segera bencana jebolnya tanah penahan sungai tersebut dapat mengancam lahan pertanian seluas 75hektar yang sedang ditanami padi tersebut, sehingga mengingat hal itu direncanakan gotong royong bersama secara manual. Namun hal ini urung dilakukan akibat curah hujan yang masih cukup tinggi, karena jika dilakukan manual maka tanah yang ditimbun akan mudah segera terbawa air.
Berdasarkan analisa bersama dan diskusi yang dilakukan dengan berbagai pihak, mengingat kemendesakan terhadap penanggulangan bencana maka diusulkan untuk menjadi bencana skala lokal desa. Dengan ditetapkannya bencana tersebut menjadi bencana lokal berskala desa maka dapat dibantu penanggulangannya melalui APBDesa pada anggaran penanggulangan bencana.
“Alhamdulillah Kami bersyukur, melalui Pemerintah Desa dapat segera ditanggulangi, jika tidak segera ditanggulangi 75 hektar sawah terancam gagal panen dan menyebabkan kerugian cukup besar” ujar salah seorang petani. Dengan alat backhoe yang bekerja selama 2 hari itu berhasil segera menutup tanah penahan sungai yang jebol serta memperlebar sungai yang menyempit. Selain itu membantu petani yang separuh lahan sawahnya tertutupi tanah dari jebolnya penahan sungai.
Dengan berhasilnya menutup tanah penahan sungai yang jebol selebar 10 meter dan memperlebar sungai yang menyempit sepanjang lebih dari 50 meter tersebut, meminimalisir jebolnya kembali sungai serta menghindari kerugian lebih besar. (RZL)
Tinggalkan Balasan